Berpakaian kaos biasa, dengan celana oblong, memakai peci abu-abu seorang laki-laki paruh baya menunggu seseorang dengan duduk di sepeda motor sambil berjigang. Orangnya sepertinya pendiam namun mudah untuk diajak bicara. sangat mudah akrab dengan orang lain. suka mencairkan suasana. sering bertanya tentang hal-hal sederhana untuk memulai pembicaraan sehingga terjadi percakapan panjang lebar hingga orang yang ditunggunya ikut menunggu juga selesainya pembicaraan tersebut.

Pagi hari orangnya selalu muncul waktu shubuh di tengah-tengah langgar, kadang juga bertindak sebagai muadzin. Pakaiannya tidak lusuh lagi, tetapi seperti baru dan harum. Tidak pakai kaos dan celana tetapi kemeja dan sarung, dan pastilah memakai penutup kepala berupa kopyah. Hampir pasti hal ini terjadi tiap hari. Setelahnya melakukan kegiatan di rumah. Setelahnya membantu orang di sekitarnya, setelahnya bekerja serabutan. Tapi tak disangka, sore harinya setelah maghrib banyak anak-anak berdatangan ke rumahnya, tidak untuk bermain atau les privat. Tetapi untuk mengaji yang tidak harus digaji oleh seseorang untuk bisa berdiri. Murid-muridnya sangat banyak, tanpa mengeluh semua diajarnya satu-persatu dengan telaten dan senyuman serta nasehat. Dalam benaknya tidak butuh murid pintar untuk bisa mengaji tetapi seorang murid yang bisa mengerti dan menghargai akan suatu hal. Ia bisa bertindak sebagai Bapak sekaligus Guru bagi anaknya, bisa menjadi suami sekaligus guru bagi istrinya. Tangisannya tidak ada yang mengerti, tertawaannya juga belum hilang dari kenyataan. Tertawa akan banyak hal aneh dalam kehidupan di luar rumah dan dalam rumah. Rindu akan kampung halamannya yang sudah mulai berubah. Saling sinis dan mencomooh menjadi bahasannya. Bosan akan kerinduan tentang cerita lama waktu masih muda dan belum menikah, banyak sanak saudara dan teman-teman menjadi muridnya. Menggembala sapi dan mencari rumput menjadi kebiasaannya. Rendah hati dan rendah diri menjadi hiasan baginya. Ketenangan saja yang dicarinya. Pernah mondok sebagai pelarian dari rumah dan dari sanalah terjadi rumah tangga dengan memiliki anak-anak yang sangat baik dan lugu. Sederhana namun kaya. Sekarang banyak anaknya yang sarjana. Rumahnya sekarang sepi tanpa murid yang bisa menjadi guru bagi murid lainnya.

Konon katanya ia pernah menjadi sebagai pejuang memerangi pemberontakan G30 S/PKI. sebagai penabuh genderang. Kakaknya bisa menjadi kebanggaan baginya karena berperan sebagai ketua sekaligus panutan bagi masyarakat sekitar. Kakaknya saja yang selalu diceritakan, semuanya mengandung tentang kebaikan baginya. pernah juga ia melindungi kakaknya dari pembunuhan tetangga jauh. Sangat pemberani tanpa kenal takut dan dihormati oleh siapapun bahkan penjahat dikampungnya sampai segan jika bertemu.

Berperang menjadi pejuang hanya mengandalkan penjalin saja untuk melawan banyak orang diikuti oleh pejuang lain. Sekarang sudah tidak ada yang mengenalnya. Pernah juga ia berdakwah di suatu desa agak jauh. Ia pernah juga terhunus pedang untuk melawan para kawanan yang menolak akan kegiatannya tersebut. Lukanya pun masih ada (beberapa milimiter) karena bapak sempat menghindar sehingga berupa sabetan garis diagonal di perutnya. Bapak sempat melawan dan semua kawanan tersebut kalah telak. Tanpa kenal menyerah esoknya berfikir bagaimana sikap penceramah akan hal tersebut. Sekarang banyak orang yang masuk Islam karenanya. Bahkan juga ada murid yang sampai berhasil dan menjadi pemimpin desa disana. Muridnya sangat limpat dan lugas. Sangat membanggakan gurunya. Sering mengundang untuk ceramah dan sholat hari raya. Pernah juga muridnya tersebut mengajak penduduknya beramai-ramai untuk silaturrahmi dan mengenalkan guru beserta keluarganya di sini. Hanya saja anak-anaknya sedikit angkuh dan muridnya mencoba untuk bisa mengerti akan hal tersebut. Beruntung Ia dan istrinya sangat ramah dan bisa menjamu makanan ala kadarnya disertai dengan perbincangan yang cukup lama. Hanya anak kedua saja yang sering diajak Bapak untuk pergi ke kampung sana. Sehingga terjalin kesinambungan dan saling terjaga kepercayaannya masing-masing. Sudah lama murid tersebut sudah meninggal dunia sekitar di atas tahun 90-an. Tersiar kabar bahwa kedua orang tersebut (Bapak dan Lawan) sudah berdamai. Sang lawan Bapak sekarang sudah memilki anak perempuan yang cantik dan berkerudung. sering muncul di internet. Sekarang setiap orang di daerah sana sudah bisa mandiri. Disana sudah terbangun masjid,madrasah, peternakan, dan sekolah. proses pembangunannya pun sangat aneh, karena masih dibantu oleh orang yang kontrak di rumah sebelah utara bernama Pak Anwar. Beliau membantu dalam segala hal, mulai dari pencarian dana, pengaturan, distribusi sampai penyerahan bantuan. Semua diurusi bersama Bapak. Hanya para orang tua dan tetua dahulu yang tahu akan hal tersebut pastinya orang tua yang dulunya masih muda. Kalau mengajar di rumah selalu memakai kopyah dan kadang berserban karena habis sholat jamaah di langgar langsung mengajar. Orang yang diajar haruslah bisa belajar bukan sebagai pengajar.